BUDIDAYA SALAK MADU
Salak madu menjadi favorit petani (1)
Oleh Noverius Laoli, Eka Saputra - Selasa, 27 Maret 2012 | 12:24 WIB
Budidaya salak madu kian marak. Banyak petani melirik varietas baru dari
salak pondoh ini karena harganya yang mahal. Tanpa rasa sepet, salak ini
memiliki rasanya yang manis. Omzet petani pun berasa manis di kantong,
yakni berkisar antara Rp 36 juta hingga Rp 72 juta sekali panen.
Siapapun
tentu sudah tidak asing dengan buah salak pondoh yang banyak dihasilkan
di daerah Yogyakarta. Tapi mungkin belum banyak yang tahu kalau
belakangan daerah ini juga menghasilkan varietas baru buah salak, yakni
salak madu.
Salak madu memiliki keunggulan dibandingkan salak
lainnya, termasuk salak pondoh. Salak madu yang berasal dari Sleman,
Yogyakarta ini memiliki ukuran lebih besar dibandingkan ukuran salak
pada umumnya.
Buah ini dinamakan salak madu karena rasanya manis
seperti madu. Jadi tidak ada rasa sepet seperti banyak ditemukan pada
buah salak pada umumnya. Daging buahnya juga tebal dengan tekstur
lembut. Selain itu, kandungan air pada salak ini lebih banyak dari salak
biasa.
Karena berbagai kelebihannya itu, harga buah salak ini
jauh lebih mahal dari salak biasa. Jika harga salak biasa di tingkat
petani hanya Rp 2.000 per kilogram (kg), dan salak pondoh Rp 5.000 per
kg, maka harga salak madu mencapai Rp 15.000 per kg. Sementara harga di
pasaran sekitar Rp 35.000 per kg- Rp 40.000 per kg.
Homsinum,
petani salak madu asal Sleman, Yogyakarta mengklaim, salak madu pertama
kali ditemukan orang tuanya bernama Rameli. Varietas baru dari buah
salak ini baru ditemukan beberapa tahun silam. "Entah bagaimana
ceritanya, tahu-tahu di tengah tanaman salak pondoh orang tua saya ada
dua salak yang tumbuh berbeda," ceritanya.
Perbedaannya ada pada
ukurannya yang lebih besar dan rasanya juga lebih manis seperti madu.
"Salak madu memiliki pasar yang menjanjikan saat ini," ujar Homsinum.
Salak
tersebut kemudian dikembangbiakkan dan akhirnya terkenal dengan sebutan
salak madu. Saat ini, Homsinum bersama orang tuanya membudidayakan
salak madu di lahan seluas dua hektare (ha).
Menurutnya, salak
madu bisa dipanen dua kali dalam setahun. Panen raya biasanya terjadi di
bulan November dan Maret. Masa panen raya ini berlangsung dua minggu
lebih. Saat panen raya, ia bisa memanen 24 kuintal atau 2.400 kg dalam
dua minggu.
Dari situ, omzetnya mencapai Rp 36 juta sekali
panen, atau Rp 72 juta dalam dua kali panen dalam setahun. Bila tidak
sedang panen raya, ia tetap bisa memanen 50 kg dalam dua hari, dengan
omzet minimal Rp 12 juta per bulan.
Mansur Mashuri, asal Turi,
Sleman, Yogyakarta juga mulai fokus membudidayakan salak madu. Meski
pasarnya belum seluas salak pondoh, Mansur sudah memasarkan salak madu
ke beberapa wilayah, seperti Malang, Riau, dan Kalimantan. Selain buah,
ia juga menjual bibit salak madu, dengan harga Rp 65.000-Rp 100.000 per
batang." Omzet saya sekitar Rp 60 juta sekali panen," ujarnya.
(Bersambung)
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/salak-madu-menjadi-favorit-petani-1
No comments:
Post a Comment